Kamis, 09 September 2010

Sunan Kalijaga

Hutan Jatiwangi, pada suatu masa. Di rindang lebat pepohonan jati di kawasan Lasem, Rembang, Jawa Tengah, itu dua lelaki berbeda umur tegak berhadapan. Yang satu pemuda berpakaian serba hitam. Di depannya seorang pria lebih tua, dibalut busana serba putih. Sebatang tongkat menyangga tubuhnya.
Pemuda berbaju hitam itu bernama Lokajaya, berandal yang gemar membegal pejalan yang melewati hutan Jatiwangi. Ia silau oleh kemilau kuning keemasan gagang tongkat yang dibawa pria berjubah putih. Siapa pun orang berjubah putih itu, layaklah ia menjadi mangsa Lokajaya. Dan ketika tongkat itu direbut, orang tua tadi sama sekali tak berlawan.
Ia tersungkur di tanah, kehilangan keseimbangan. Tongkat berkepala emas itu berpindah tangan. Bangkit dari jatuhnya, orang tua itu memberi nasihat, dengan tutur kata lembut. Nasihat inilah yang mengubah jalan hidup Lokajaya. Ia menjadi murid orang tua itu –yang tiada lain daripada Sunan Bonang. Lokajaya sendiri kemudian dikenal sebagai Sunan Kalijaga.
Begitulah legenda Sunan Kalijaga mengalir, dalam berbagai versi. Jalan hidup sunan yang satu ini tercantum dalam berbagai naskah kuno, babad, serat, hikayat, atau hanya cerita tutur turun-temurun. Mudah dipahami kalau muatannya berbeda-beda. Begitu pula halnya dengan asal-usul Sunan Kalijaga.
Menurut Babad Tanah Jawi, Sunan Kalijaga adalah putra Wilwatikta, Adipati Tuban. Nama aslinya Raden Said, atau Raden Sahid. Menurut babad dan serat, Sunan Kalijaga juga disebut Syekh Malaya, Raden Abdurrahman, dan Pangeran Tuban. Gelar ”Kalijaga” sendiri punya banyak tafsir.
Ada yang menyatakan, asalnya dari kata jaga (menjaga) dan kali (sungai). Versi ini didasarkan pada penantian Lokajaya akan kedatangan Sunan Bonang selama tiga tahun, di tepi sungai. Ada juga yang menulis, kata itu berasal dari nama sebuah desa di Cirebon, tempat Sunan Kalijaga pernah berdakwah.
Kelahiran Sunan Kalijaga pun menyimpan misteri. Ia diperkirakan lahir pada 1430-an, dihitung dari tahun pernikahan Kalijaga dengan putri Sunan Ampel. Ketika itu Sunan Kalijaga diperkirakan berusia 20-an tahun. Sunan Ampel, yang diyakini lahir pada 1401, ketika menikahkan putrinya dengan Sunan Kalijaga, berusia 50-an tahun.
Sunan Kalijaga dilukiskan hidup dalam empat era pemerintahan. Yakni masa Majapahit (sebelum 1478), Kesultanan Demak (1481-1546), Kesultanan Pajang (1546-1568), dan awal pemerintahan Mataram (1580-an). Begitulah yang dinukilkan Babad Tanah Jawi, yang memerikan kedatangan Sunan Kalijaga ke kediaman Panembahan Senopati di Mataram.
Tak lama setelah itu, Sunan Kalijaga wafat. Jika kisah itu benar, Sunan Kalijaga hidup selama sekitar 150-an tahun! Tapi, lepas dari berbagai versi itu, kisah Sunan Kalijaga memang tak pernah padam di kalangan masyarakat pesisir utara Jawa Tengah, hingga Cirebon. Terutama caranya berdakwah, yang dianggap berbeda dengan metode para wali yang lain.
Ia memadukan dakwah dengan seni budaya yang mengakar di masyarakat. Misalnya lewat wayang, gamelan, tembang, ukir, dan batik, yang sangat populer pada masa itu. Babad dan serat mencatat Sunan Kalijaga sebagai penggubah beberapa tembang, di antaranya Dandanggula Semarangan –paduan melodi Arab dan Jawa.
Tembang lainnya adalah Ilir-Ilir, meski ada yang menyebutnya karya Sunan Bonang. Lariknya punya tafsir yang sarat dengan dakwah. Misalnya tak ijo royo-royo dak sengguh penganten anyar. Ungkapan ijo royo-royo bermakna hijau, lambang Islam. Sedangkan Islam, sebagai agama baru, diamsalkan penganten anyar, alias pengantin baru.
Peninggalan Sunan Kalijaga lainnya adalah gamelan, yang diberi nama Kanjeng Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Guntur Madu. Gamelan itu kini disimpan di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, seiring dengan berpindahnya kekuasan Islam ke Mataram. Pasangan gamelan itu kini dikenal sebagai gamelan Sekaten.
Karya Sunan Kalijaga yang juga menonjol adalah wayang kulit. Ahli sejarah mencatat, wayang yang digemari masyarakat sebelum kehadiran Sunan Kalijaga adalah wayang beber. Wayang jenis ini sebatas kertas yang bergambar kisah pewayangan. Sunan Kalijaga diyakini sebagai penggubah wayang kulit.
Tiap tokoh wayang dibuat gambarnya dan disungging di atas kulit lembu. Bentuknya berkembang dan disempurnakan pada era kejayaan Kerajaan Demak, 1480-an. Cerita dari mulut ke mulut menyebut, Kalijaga juga piawai mendalang. Di wilayah Pajajaran, Sunan Kalijaga lebih dikenal sebagai Ki Dalang Sida Brangti.
Bila sedang mendalang di kawasan Tegal, Sunan Kalijaga bersalin nama menjadi Ki Dalang Bengkok. Ketika mendalang itulah Sunan Kalijaga menyisipkan dakwahnya. Lakon yang dimainkan tak lagi bersumber dari kisah Ramayana dan Mahabarata. Sunan Kalijaga mengangkat kisah-kisah carangan.
Beberapa di antara yang terkenal adalah lakon Dewa Ruci, Jimat Kalimasada, dan Petruk Dadi Ratu. Dewa Ruci ditafsirkan sebagai kisah Nabi Khidir. Sedangkan Jimat Kalimasada tak lain perlambang dari kalimat syahadat. Bahkan kebiasan kenduri pun jadi sarana syiarnya.
Sunan Kalijaga mengganti puja-puji dalam sesaji itu dengan doa dan bacaan dari kitab suci Al-Quran. Di awal syiarnya, Kalijaga selalu berkeliling ke pelosok desa. Menurut catatan Prof. Husein Jayadiningrat, Kalijaga berdakwah hingga ke Palembang, Sumatera Selatan, setelah dibaiat sebagai murid Sunan Bonang.
Di Palembang, ia sempat berguru pada Syekh Sutabaris. Cuma, keberadaan Sunan Kalijaga di ”bumi Sriwijaya” itu tidak meninggalkan catatan tertulis. Hanya disebut dalam Babad Cerbon, Sunan Kalijaga tiba di kawasan Cirebon setelah berdakwah dari Palembang. Konon, Kalijaga ingin menyusul Sunan Bonang, yang pergi ke Mekkah.
Tapi, oleh Syekh Maulana Magribi, Kalijaga diperintahkan balik ke Jawa. Babad Cerbon menulis, Sunan Kalijaga menetap beberapa tahun di Cirebon, persisnya di Desa Kalijaga, sekitar 2,5 kilometer arah selatan kota. Pada awal kedatangannya, Kalijaga menyamar dan bekerja sebagai pembersih masjid Keraton Kasepuhan.
Di sinilah Sunan Kalijaga bertemu dengan Sunan Gunung Jati. Kisah pertemuannya rada-rada aneh. Sunan Gunung Jati sengaja menguji Kalijaga dengan sebongkah emas. Emas itu ditaruh di padasan, tempat orang mengambil wudu. Kalijaga sendiri tak kaget mengingat ajaran Sunan Ampel, ”ojo gumunan lan kagetan” (jangan mudah heran dan terkejut).
Ia ”menyulap” emas menjadi batu bata, dan menjadikannya tempat menaruh bakiak bagi orang yang berwudu. Giliran Sunan Gunung Jati yang takjub. Ia pun ”menganugerahkan” adiknya, Siti Zaenah, untuk diperistri Sunan Kalijaga. Hanya beberapa tahun Sunan Kalijaga dikisahkan menetap di Cirebon.
Dakwahnya berlanjut ke arah timur, lewat pesisir utara sampai ke Kadilangu, Demak. Di sinilah diyakini Sunan Kalijaga menetap lama hingga akhir hayatnya. Kadilangu merupakan tempat Sunan Kalijaga membina kehidupan rumah tangga. Istri yang disebut-sebut hanyalah Dewi Sarah, putri Maulana Ishak.
Pernikahan dengan Dewi Sarah itu membuahkan tiga anak, satu di antaranya Raden Umar Said, yang kelak bergelar Sunan Muria. Sunan Muria dan Sunan Kudus tergolong satu aliran dalam berdakwah dengan Sunan Kalijaga. Metode dakwah aliran Kalijaga itu amat keras ditentang Sunan Ampel, mertuanya, dan Sunan Drajat, kakak iparnya.
Hingga kini para pengikut ajaran Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Kudus dikenal dengan sebutan kelompok ”Islam abangan”. Julukan ini hingga kini melekat pada masyarakat di sepanjang pesisir utara, dari Demak, Semarang, Tegal, hingga Cirebon. Selain dakwah dengan kontak budaya, kisah spektakuler lainnya adalah pendirian Masjid Agung Demak.
Babad Demak menyebutkan, masjid itu berdiri pada 1477, berdasarkan candrasengkala ”Lawang Trus Gunaning Janma” –bermakna angka 1399 tahun Saka. Kisah pendirian Masjid Agung Demak sendiri banyak bercampur dengan dongeng. Masih belum jelas, benarkah?
sumber : sunatullah.com

Syech Siti Jenar

Beliau (juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain SitibritLemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yang dianggap Sufiagama Islam di Pulau Jawa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya. Di masyarakat terdapat banyak varian cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar. dan juga salah satu penyebar
Sebagian umat Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah intelektual yang sudah mendapatkan esensi Islam itu sendiri. Ajaran – ajarannya tertuang dalam pupuh, yaitu karya sastra yang dibuatnya. Meskipun demikian, ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti Jenar adalah budi pekerti. Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan ajaran Walisongo. Pertentangan praktek sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh Walisongo.
Konsep Dan Ajaran Syekh Siti Jenar
Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi.
Konsekuensinya, ia tidak dapat dikenai hukum yang bersifat keduniawian (hukum negara dan lainnnya), tidak termasuk didalamnya hukum syariat peribadatan sebagaimana ketentuan syariah. Dan menurut ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia di dunia ini tidak harus memenuhi rukun Islam yang lima, yaitu: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Baginya, syariah itu baru berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan paska kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada masa itu. Mirip dengan konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi) tentang Hululyang berkaitan dengan kesamaan sifat manusia dan Tuhan. Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat (dengan menjalankan hukum-hukum agama spt sholat, zakat dll); 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati ratusan tahun pasca wafatnya sang Syekh. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam dimana pada masa itu ajaran Islam yang harus disampaikan adalah pada tingkatan ‘syariat’. Sedangkan ajaran Siti Jenar sudah memasuki tahap ‘hakekat’ dan bahkan ‘ma’rifat’kepada Allah (kecintaan dan pengetahuan yang mendalam kepada ALLAH). Oleh karenanya, ajaran yang disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat dibendung dengan kata ‘SESAT’.
Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing – masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda – beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing – masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar. Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas.
Manunggaling Kawula Gusti
Dalam ajarannya ini, pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan. Manunggaling Kawula Gusti dianggap bukan berarti bercampurnya Tuhan dengan Makhluknya, melainkan bahwa Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk. Dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah menjadi sangat dekat dengan Tuhannya.
Dan dalam ajarannya, ‘Manunggaling Kawula Gusti’ adalah bahwa di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia (“Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shaad; 71-72)”)>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi. Perbedaan penafsiran ayat Al Qur’an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham ‘Manunggaling Kawula Gusti’.

Pengertian Zadhab
Dalam kondisi manusia modern seperti saat ini sering temui manusia yang mengalami hal ini terutama dalam agama Islam yang sering disebut zadhab atau kegilaan berlebihan terhadap Illa yang maha Agung atau Allah.
Mereka belajar tentang bagaimana Allah bekerja, sehingga ketika keinginannya sudah lebur terhadap kehendak Allah, maka yang ada dalam pikirannya hanya Allah, Allah, Allah dan Allah…. disekelilingnya tidak tampak manusia lain tapi hanya Allah yang berkehendak, Setiap Kejadian adalah maksud Allah terhadap Hamba ini…. dan inilah yang dibahayakan karena apabila tidak ada GURU yang Mursyid yang berpedoman pada AlQuran dan Hadits maka hamba ini akan keluar dari semua aturan yang telah ditetapkan Allah untuk manusia.Karena hamba ini akan gampang terpengaruh syaitan, semakin tinggi tingkat keimanannya maka semakin tinggi juga Syaitan menjerumuskannya.Seperti contohnya Lia Eden dll… mereka adalah hamba yang ingin dekat dengan Allah tanpa pembimbing yang telah melewati masa ini, karena apabila telah melewati masa ini maka hamba tersebut harus turun agar bisa mengajarkan yang HAK kepada manusia lain seperti juga Rasullah pun telah melewati masa ini dan apabila manusia tidak mau turun tingkatan maka hamba ini akan menjadi seprti nabi Isa AS.Maka Nabi ISA diangkat Allah beserta jasadnya. Seperti juga Syekh Siti Jenar yang kematiannya menjadi kontroversi.Dalam masyarakat jawa kematian ini disebut “MUKSO” ruh beserta jasadnya diangkat Allah.
Hamamayu Hayuning Bawana
Prinsip ini berarti memakmurkan bumi. Ini mirip dengan pesan utama Islam, yaitu rahmatan lil alamin. Seorang dianggap muslim, salah satunya apabila dia bisa memberikan manfaat bagi lingkungannya dan bukannya menciptakan kerusakan di bumi.
Kontroversi
Kontroversi yang lebih hebat terjadi di sekitar kematian Syekh Siti Jenar. Ajarannya yang amat kontroversial itu telah membuat gelisah para pejabat kerajaan Demak Bintoro. Di sisi kekuasaan, Kerajaan Demak khawatir ajaran ini akan berujung pada pemberontakan mengingat salah satu murid Syekh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging atau Ki Kebokenanga adalah keturunan elite Majapahit (sama seperti Raden Patah) dan mengakibatkan konflik di antara keduanya.
Dari sisi agama Islam, Walisongo yang menopang kekuasaan Demak Bintoro, khawatir ajaran ini akan terus berkembang sehingga menyebarkan kesesatan di kalangan umat. Kegelisahan ini membuat mereka merencanakan satu tindakan bagi Syekh Siti Jenar yaitu harus segera menghadap Demak Bintoro. Pengiriman utusan Syekh Dumbo dan Pangeran Bayat ternyata tak cukup untuk dapat membuat Siti Jenar memenuhi panggilan Sri Narendra Raja Demak Bintoro untuk menghadap ke Kerajaan Demak. Hingga konon akhirnya para Walisongo sendiri yang akhirnya datang ke Desa Krendhasawa di mana perguruan Siti Jenar berada.
Para Wali dan pihak kerajaan sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati bagi Syekh Siti Jenar dengan tuduhan telah membangkang kepada raja. Maka berangkatlah lima wali yang diusulkan oleh Syekh Maulana Maghribi ke Desa Krendhasawa. Kelima wali itu adalah Sunan Bonang, Sunan Kalijaga,Pangeran Modang, Sunan Kudus, dan Sunan Geseng.
Sesampainya di sana, terjadi perdebatan dan adu ilmu antara kelima wali tersebut dengan Siti Jenar. Menurut Siti Jenar, kelima wali tersebut tidak usah repot-repot ingin membunuh Siti Jenar. Karena beliau dapat meminum tirtamarta (air kehidupan) sendiri. Ia dapat menjelang kehidupan yang hakiki jika memang ia dan budinya menghendaki.
Tak lama, terbujurlah jenazah Siti Jenar di hadapan kelima wali. Ketika hal ini diketahui oleh murid-muridnya, serentak keempat muridnya yang benar-benar pandai yaitu Ki BisonoKi DonoboyoKi Chantulo dan Ki Pringgoboyo pun mengakhiri “kematian”-nya dengan cara yang misterius seperti yang dilakukan oleh gurunya di hadapan para wali.
Kisah Pada Saat Pasca Kematian
Kilau kemilau memancar dari jenazah Siti Jenar. Terdapat kisah yang menyebutkan bahwa ketika jenazah Siti Jenar disemayamkan di Masjid Demak, menjelang salat Isya, semerbak beribu bunga dan cahaya Jenazah Siti Jenar sendiri dikuburkan di bawah Masjid Demak oleh para wali. Pendapat lain mengatakan, ia dimakamkan di Masjid Mantingan, Jepara, dengan nama lain. Setelah tersiar kabar kematian Syekh Siti Jenar, banyak muridnya yang mengikuti jejak gurunya untuk menuju kehidupan yang hakiki. Di antaranya yang terceritakan adalah Kiai Lonthang dari Semarang Ki Kebokenanga dan Ki Ageng Tingkir.
sumber : wikipedia

Senin, 06 September 2010

yeyen lidya


Yeyen Lidya, sama seperti halnya dewi persik, Julia perez, dan masih banyak lainnya… dengan mungkin bermodalkan tubuhnya yang sexy dan mempesona membuat berjuta – juta mata terkagum dan ditambah lagi dengan foto – foto syurnya yang beredar dimana – mana di internet pun banyak beredar membuat namanya lebih melejit mungkin ya daripada bermain sinetron ataupun film hehehehe…



Yeyen lidya artis kelahiran solo, Jawa Tengah, 5 Mei 1978 ini adalah seorang presenter dan pemain sinetron dan film Indonesia. Yeyen ini adallah janda beranak satu loh, jadi masih ada kesempatan nih bagi kalian yang ingin mengambil hati janda satu ini. Film terakhirnya yang dimainkan oleh yeyen diantaranya film Anda Puas, Saya Loyo.. oh iya satu lagi nama anak dari yeyen ini adalah Angel Melinda.. huhuhu pasti cantik n seksi nih kalo gede seperti ibunya heheheh

-BIODATA-
Nama Lengkap: Yeyen Lidya
Nama Panggilan: Yeyen Lidya
TTL : Solo, 5 Mei 1978
Zodiak: Taurus
Tinggi Badan: 168
Berat Badan: 57

-SINETRON-

  • Prahara Batavia
  • Panggung Hahahihi
  • Dendam Nyi Pelet
  • Insyaf
  • Kopral
  • Komedi Pasar
  • Suster Ngesot
  • Ratapan Arwah
  • Jalan Menuju Surga
  • Pelacur Itu Jodohku
  • Dendam Berdarah

-FILM-
  • Anda Puas Saya Loyo
  • Cinlok

-IKLAN-
  • Obat Nyamuk
  • Lapis Legit Monika

Jumat, 20 Agustus 2010

KIRIM SMS GRATIS


Kirim SMS Gratis Kemana Saja




Buat teman-teman yang hoby sms-an tapi ga mau kehilangan pulsa silakan klik di sini

metallized film

Satu lagi produk film yang sangat di banggakan yaitu metallized film lihat disini

PVdC

What is PVdC?


Three Forms of PVdC

PVdC is the acronym for polyvinylidene chloride. It comes in three basic forms, latex (aqueous emulsion), solvent soluble resin, and extrudable or blown resin (melt processable). All three forms begin with the key monomer, vinylidene chloride. Owensboro Specialty Polymers, LLC (OSP) only manufactures the latex form sold under the OSP trade name of Daran®. This form requires the PVdC latex be coated on a substrate and then dried. The same is true for the solvent soluble PVdC resin but you then must deal with solvent recovery. The solvent soluble resin is used in coating applications where water is detrimental. The extrudable or blown resins are used in applications where PVdC film is preferred.
PVdC latex is used in applications where a base substrate needs more barrier properties, particularly gas and water vapor. PVdC also provides excellent barrier to flavors, oils, greases, many common solvents, and odor as well as giving abrasion resistance and heat sealability. Additionally, PVdC coatings are odorless and tasteless.

The Chemistry

All forms of PVdC are polymerized using the base monomer of vinylidene chloride. PVdC latex will always contain at least one co-monomer. The co-monomer gives the polymer more characteristics that help with specific applications. PVdC without a co-monomer is too brittle to form a continuous film.
Daran PVdC latex does not incorporate any plasticizers. Non-phthalate plasticizers are used in the resin forms. PVdC is many times confused with PVC. PVC is made from the monomer vinyl chloride. Flexible forms of PVC may contain phthalate plasticizers. Vinyl chloride and vinylidene chloride are different chemicals. Vinyl chloride is not a component of any of OSP’s products.

PVdC and the Environment

PVdC in its various forms has been accepted and safely used in food packaging applications for almost 60 years. It is approved for food contact by many regulatory agencies around the world. PVdC used in flexible packaging has several attributes that offer advantages to other forms of flexible packaging in terms of being friendly to the environment.


Source Reduction

PVdC provides excellent barrier in flexible packaging, especially with regard to moisture and gas barrier. This helps keep food fresher longer which can reduce waste due to food spoiling before it can be used. The amount of PVdC used in a package to achieve the barrier needed to provide longer shelf life for products is significantly less by weight than most other flexible packaging substrates. This, in turn, reduces the weight and volume of the overall package decreasing the amount of packaging that may go to a landfill.
Incineration
PVdC can be and safely is incinerated. Of course the incineration must be done according to established industry standards. When this is the case harmful residues, like dioxins, that have caused concern in the past will not occur.
Landfill
PVdC products, once they have formed a film, are extremely stable. They will not produce hydrogen chloride gas. They will not leach toxins into groundwater.
Recycling
Due to the fact that you need such a small amount of PVdC to achieve your barrier needs, there is very little in the post consumer stream especially compared to polymers like PET. Also, since PVdC latex is always used in a multilayer film, it is difficult if not impossible to segregate PVdC from other polymers in a waste stream. If PVdC could be easily segregated, it could be easily recycled. Therefore, PVdC typically can only be recycled in a general non-specific plastic recycling program.
OSP Daran PVdC Latex Products
OSP offers several different grades of PVdC latex designed for various applications. Our current commercial products include the following.
Product Designed Application
Daran SL112 High barrier paper coating
Daran SL143 Board coating
Daran SL159 Lower heat seal applications
Daran 8100 Thermoformed film coating
Daran 8550 High barrier film coating
Daran 8730 Extra high barrier film coating
Owensboro Specialty Polymers, L.L.C. OSP_TDS_DaranBrochure2_Rev.0
5529 US 60 E.
Owensboro, KY 42303
The information presented herein is based on the best available data and is believed to be true and accurate. Please read all statements, recommendations, or suggestions in
conjunction with our conditions of sale which apply to all goods supplied by us. No responsibility for the use of these statements, recommendations, or suggestions is assumed by
the supplier, nor are they intended as a recommendation for any use which would infringe any patent or copyright. The buyer bears sole responsibility for determining suitability
of the product for their application.

Please note that all of these products have found applications well beyond their designed application including the coating of metal to prevent corrosion. If you have an application where you think Daran PVdC latex might work for you, please contact us to discuss which product may suit your needs best.

Kang Ibing Ceramah





Rekaman kang ibing ini direkam ketika kang ibing mengisi ceramah nikahan Neng Lilis sareng Cep Latif dikampung Boas Majalengka (CMIIW). OK dah saya upload dan bisa Anda download di sini

Selasa, 18 Mei 2010

cara aman merawat laptop

Laptop telah menjadi gadget penting saat ini. Untuk itu, merawatnya dan menggunakannya secara benar adalah kemutlakan. Bolehlah kita merasa punya uang banyak dan merasa selalu siap untuk menyervicenya ditempat yang paling baik. Tapi ingat, ketika laptop ngadat, akan muncul efek domino dari pekerjaan kita. Efek itu antara lain adalah :

- Tertutupnya akses data sehingga kita kesulitan melanjutkan atau membuat print pekerjaan yang lalu.

- Waktu yang terbuang yaitu saat di mana kita baru sadar laptop mulai ngadat maka biasanya kita akan panik, maklum semua pekerjaan disiimpan di sana.

- Ngadatnya sebuah laptop berarti terjadinya penundaan pekerjaan. Entah itu sehari dua hari atau bahkan mungkin sebulan. Tergantung tingkat kerusakannya. Bayangkan jika saat itu kita sedang menangani proyek milyaran rupiah. Penundaan seharipun rasanya seperti di jemur di neraka, kan?
Untuk mencegah efek negatif di atas, maka perlakukanlah sebuah laptop dengan penuh kasih sayang dan rasa hormat. Bukannya maksud penulis mengajak menyakralkan laptop, tapi menyanyanginya dalam bentuk kasih sayang akan memberikan banyak kebaikan untuk pemakainya. Minimal ketika rusak, tidak akan parah-parah amat.
Di bawah ini adalah tindakan yang penting untuk laptop kita :

1. Pertama kali membeli laptop, yang mutlak kita lakukan adalah membeli aksesoris yaitu sebuah pelindung monitor. Kenapa? Karna monitor jika kotor susah ngebersiinnya dan pemakai laptop sering lupa ngebersihiin monitor. Selain itu, monitor jika terlalu sering digosok, secara tidak sengaja bisa lecet dan kalau tidak sengaja kena cairan apapun itu seperti alkohol dan minyak bekas gorengan, wah berabe. Bisa-bisa bekasnya tidak hilang. Apalagi kalau kena lecet. Untuk itu, belilah sebuah pelindung layar monitor. Cuma 60ribu.

2. Setelah itu, upayakan membeli sebuah pelindung keyboard. Ini penting untuk melindungi komponen laptop dari debu dan benda-benda cair yang tidak sengaja masuk. Terutama jika tangan kita basah baik karna berkeringat, habis wudhu, atau cuci tangan. Dan, selalu saja ada kecelakaan yang tidak diharapkan seperti cipratan air dari orang sekitar kita yang tersandung/tersenggol ketika membawa gelas atau tetesan gerimis di tempat terbuka.

3. Jangan menyimpan laptop di dalam tas dalam keadaan standby karna tombolnya sangat sensitif sehingga goncangan dan tekanan akan membuat laptop bisa tiba-tiba on. Kalau sudah begini maka laptop akan bekerja sendiri dalam keadaan diruangan tertutup. Akibatnya, panasnya meninggi.

4. Jangan meletakan makanan atau minuman didekat laptop dengan radius kurang dari 40cm. Ingat, selalu ada kecelakaan di tempat makan. Tumpahan makanan dan minuman adalah musuh dalam selimut bagi laptop. Komponen elektronik sangat mudah rusak karna sentuhan makanan maupun minuman.

5. Jangan membawa benda apapun melalui atas laptop. Ingat semboyan ini “SELALU ADA KECELAKAAN DI SEKITAR KITA”. Maka, jika kecelakaan terjadi, apapun itu akan menimpa laptop kita. Akibatnya, jika tertimpa benda cair, laptop akan terserang arus pendek alias konsleting. Jika benda lunak, laptop akan kotor. Dan jika tertimpa benda keras, laptop akan tergores bahkan mungkin saja ada bagian yang patah. Sial, kan?

6. Perhatikan tempat pembuangan panas, jangan meletakan laptop ditempat yang menghalangi tempat keluarnya panas. Biasanya, laptop akan bekerja sangat keras jika sedang memutar cakram dvd/cd. Ini pekerjaan paling berat buat laptop sehingga menimbulkan panas yang agak berlebih. Namun, dalam keadaan apapun, letakan laptop di tempat yang memudahkan ia membuang panas. Hindari tempat-tempat yang empuk seperti kasur, shofa, karpet, dan lain-lain. Karna cukup empuk, tempat-tempat ini akan membuat laptop agak tenggelam sehingga menutup lobang-lobang pembuangan panas.
Jadi, hormatilah laptop kita.